Postingan

Semenjak Ada Najja

Gambar
Sudah hampir setahun nggak nulis atau publish tulisan di blog. Rasanya sudah sawangen . Tapi hari ini tiba-tiba di fikiran saya terkesiap beberapa kalimat yang sudah siap dirangkai menjadi beberapa paragraf. Seperti judulnya, semenjak ada Najja. Hari-hari dipenuhi dengan menemani bayi yang saat ini berusia 3 bulan 23 hari itu. Alhamdulillah tumbuh kembangnya membuat hati senang dan riang seluruh isi rumah. Oyya, kami belum memperkenalkan Najja di blog ini. Nanti kami kenalkan dia. Akhir-akhir ini saya merasa sering kangen ke Bapak-nya Najja. Iyaa suami sayaa. Sebab memang kerjaan beliau sedang penuh, sehingga jarang pulang ke rumah (ibu saya). Mulai dari Diklat Daring yang kurang lebih semingguan. Disusul ada penyaluran beras 3 hari, dan dilanjut ujian sertifikasi. Saya hanya bisa memberi dukungan dan doa dari rumah. Tentunya nggak lupa setiap hari Video Call. Biar Najja juga bisa lihat Bapaknya setiap hari. Takutnya pas Bapak pulang nanti malah panggilnya jadi Om. Heuheu Kangen yang s

Little Thing - Pesan Singkat

Gambar
Momen selama menjalani proses hamil pertama kami jalani dengan penuh bahagia. Meskipun terkadang ujian juga datang, sabar dan ikhlas selalu kami usahakan. Yang paling utama adalah mengutamakan ke-saling-an. Kami terus saling dukung, saling mengingatkan, dan saling faham satu sama lain. Di trimester awal kebetulan saya masih bekerja. Masa-masa terberat sebab kami ditinggalkan Abah, waktu itu sudah 3 bulan usia kandungan. Saya drop, banyak stress. Meskipun nafsu makan lancar, tidak ada mual, tapi berat badan terus naik turun. Pasca meninggalnya Abah, saya memutuskan untuk resign. Menemani Bundo di rumah, dan tentunya juga istirahat lebih intens agar perkembangan kehamilan lancar. Sampai 39 Week saat ini, yang terus saya ingat adalah selalu bersyukur. Selalu ada Akak ketika saya membutuhkan, meskipun beliau sedang sibuk. Rasa sayangnya sangat kentara, apalagi mendekati Lahiran. Sa tawarkan untuk mencuci bajunya, “Adek ndak usah nyuci lagi, biar Akak.” Meleleh hati adek bang. Heuheu. Kali

Generasi Tanpa Warisan Part I

Gambar
Sejak kecil saya selalu diwanti-wanti bahwa abah dan bundo tidak seperti tetangga-tetangga yang memiliki sawah dan lahan untuk bercocok tanam. Bundo hanya seorang guru ngaji dan abah traveller sejati. Haha. Iya, kerjanya lungo ( pergi), jika ditanya mau kemana jawabannya selalu sama. “ Golek duwet, dongakne ”. Dan saya selalu mengiyakan. Tidak hanya saya, tapi kakak dan adek alias dua saudara perempuan saya. Sebelum kami menikah, saya menjelaskan bahwa keluarga kami tidak memiliki apa-apa untuk dibawakan bekal di awal pernikahan. Hanya ilmu dan nasehat-nasehat yang tetap tertanam dan bisa dijadikan pedoman. Pun akak (suami), juga menjelaskan bahwa dirinya dan keluarganya tidak memiliki apa-apa untuk bisa digunakan bekal di awal pernikahan. Tidak ada rumah, kendaraan, barang-barang rumah tangga, dan tetek bengek lainnya. Hanya pakaian dan beberapa pundi uang hasil tabungan. Setelah menikah, benar. Kami masih menumpang di rumah Mbak (kakak suami). Masih nomaden, kadang masih

Satu Tahun Pernikahan

Gambar
Genap 365 hari kami bersama. Satu rumah, satu kamar, satu almari, satu kasur, satu handuk, satu kamar mandi. Ada banyak peristiwa dan penuh pelajaran selama perjalanan pernikahan. Sebelum memutuskan untuk menikah, kami terus menata hati dan lalu sepakat. Iya, sepakat untuk bersama menjalin hubungan yang tak biasa. Menanggung beban bersama, menyelesaikan masalah bersama, sedih dan senang bersama, sampai marah bersama. Sempat berfikir aku tidak akan siap hidup tanpa Abah, Ibuk. Tidak siap jika hidup tak akan se-enak ketika bermanja pada orangtua. Nyatanya yang aku fikirkan hanya bagaimana nanti aku bisa bahagia jika menikah dengan Akak. Bukan bagaimana aku bisa membahagiakan orangtua, suami, dan keluarga, pun juga aku. Bahagia yang bisa diraih bersama, bahagia yang datangnya bukan dari diri sendiri. Waktu terus berjalan dan roda terus berputar. Banyak orang berfikir ketika menikah maka bahagia selalu saja. Banyak juga yang bilang, ahh jangan pikir yang enak-enak saja. Coba k

Marhaban yaa Ramadhan

Gambar
Tepat satu tahun yang lalu, saya mengalami perasaan paling sepi dan menyedihkan. Menyambut bulan Romadhon di Negeri orang, tanpa orang tua, dan pertama kali. Saya sudah terbiasa merantau, tapi entah waktu itu yang saya rasakan benar-benar sepi dan sendiri. Hal itu membuat saya berfikir macam-macam, segala fikiran negatif bermunculan. Bermula dari keinginan untuk menyambut Ramadhan di pondok pesantren milik keluarga kepala sekolah. Namun ternyata terhalang oleh Mudzhir yang sedikit pelupa dan lumayan sibuk. Kebetulan saya kebagian tinggal di bekas rumah kepala sekolah, dan ternyata hanya sendiri. Di rumah selebar 10 x 6, dengan 2 kamar dan 1 kamar mandi, saya hanya sendiri, dan di Negara orang. Bukan Kota orang, atau Desa orang. Di situ saya dituntut mandiri, namun memang pengalaman pertama, sehingga saya mengalami culture shock. Sepulang sekolah saya terus menanti Babo (panggilan untuk pengasuh sekolah, semacam Kyai). Berharap untuk bisa berkumpul dengan teman-teman Indonesia yang la

Lulus Kuliah ?

Gambar
Menempuh pendidikan sampai perguruan tinggi itu bagian dari impian. Tapi, ada yang lebih lagi dari ini. Dan sayangnya belum tercapai. Sudahlah, yang penting sudah lulus. Heuheu. Kuliah S1 saja sebenarnya masih belum cukup. Bisa cukup jika tidak hanya terkungkung dalam sistem saja. Out of the box istilahnya. Keluar mencari segala sumber ilmu yang ada. Saya termasuk mahasiswi yang nggak pinter, tapi engkres (re: sombong dikit). Suka nekat mencoba hal-hal baru, padahal ya hanya menghabiskan biaya. Harus ngerogoh uang saku yang masih minta orang tua. Hah. Memang nggak pinter, lulus aja nunggu hampir 5tahun. Wkwk. Tapi nggak apa-apa, yang penting skripsi bisa selesai. Bisa lulus sudah untung-untungan. Lalu, setelah lulus kebingungan. Mau kemana ? Ngapain ? Sudah bisa apa ? Segalanya jadi pikiran. Makanya tetep kurus, soalnya tetep mikir. Tapi sekarang mikirnya nggak bermutu. Wkwk. Kehidupan setelah kuliah berbeda jauh dengan ketika masih kuliah. Terutama dalam fasilitas yang memenuhi ke

Mitos di Thailand

Gambar
Makam Keramat di Pattani, Thailand Jika membicarakan hal mistic pasti sudah tidak asing jika di telinga masyarakat Indonesia. Masih banyak yang mempercayai tentang hal ghaib, seperti adanya ruh-ruh dan benda-benda yang diyakini memiliki keajaiban atau biasa disebut keramat. Kepercayaan semacam itu disebut sebagai animisme dan dinamisme, dimana animisme adalah kepercayaan terhadap nenek moyang dan ruh-ruh, sedangkan dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda ghaib seperti batu, pohon, dan lain-lain. Kepercayaan terhadap adanya hal keramat ternyata tidak hanya ada di kalangan umat beragama di Indonesia, tetapi di Thailand pun juga ada, tepatnya di Pattani, salah satu provinsi yang ada di Thailand Selatan.   Seperti yang diungkapkan oleh kak Yumni (Mahasiswi Fattani University, Thailand) bahwa ada salah satu desa yang di situ terdapat Makam para raja Pattani dan Makam Panjang. Makam tersebut terletak di desa Datok atau disebut Ban Datok. Desa tersebut merupakan desa pesi