Lulus Kuliah ?

Menempuh pendidikan sampai perguruan tinggi itu bagian dari impian. Tapi, ada yang lebih lagi dari ini. Dan sayangnya belum tercapai. Sudahlah, yang penting sudah lulus. Heuheu.
Kuliah S1 saja sebenarnya masih belum cukup. Bisa cukup jika tidak hanya terkungkung dalam sistem saja. Out of the box istilahnya. Keluar mencari segala sumber ilmu yang ada. Saya termasuk mahasiswi yang nggak pinter, tapi engkres (re: sombong dikit). Suka nekat mencoba hal-hal baru, padahal ya hanya menghabiskan biaya. Harus ngerogoh uang saku yang masih minta orang tua. Hah.
Memang nggak pinter, lulus aja nunggu hampir 5tahun. Wkwk. Tapi nggak apa-apa, yang penting skripsi bisa selesai. Bisa lulus sudah untung-untungan.
Lalu, setelah lulus kebingungan. Mau kemana ? Ngapain ? Sudah bisa apa ? Segalanya jadi pikiran. Makanya tetep kurus, soalnya tetep mikir. Tapi sekarang mikirnya nggak bermutu. Wkwk.
Kehidupan setelah kuliah berbeda jauh dengan ketika masih kuliah. Terutama dalam fasilitas yang memenuhi kebutuhan rohani. Kalau masih kuliah, setiap hari dijejali berbagai pengetahuan, dari umum sampai keagamaan. Semua sudah tersedia, tinggal berangkat dan menyimak. Sekarang ? Semuanya harus diusahakan. Ini yang sedikit berat. Saya tipe orang yang sukanya menyimak daripada banyak membaca. Iya saya membaca, tapi setelahnya saya lebih senang ketika ada lagi yang menceritakan atau menjelaskannya.
Ketika kuliah, forum diskusi di mana-mana. Entah bersama teman 1 kamar atau satu kelas. Bisa juga di warung-warung kopi dekat kampus. Sekarang ? Di rumah hanya bisa streaming youtube acara ILC atau Mata Najwa. Itupun kalau kuota lagi lebih. Forum-forum keilmuan memang banyak, tapi harus berjuang lebih lagi. Maklum, rumah saya jauh dari peradaban. Haha. Terlebih kalau kesempatan juga ada. Kalau tidak, untung-untungan kalau ada Live di IG atau FB. Alhamdulillah.

Kayaknya ini tulisan lagi ngeluh, dan curhat kali ya 😂

Lanjut. Sebenarnya, tanpa kuliah pun masih bisa sharing segala sesuatu. Tinggal bagaimana kita mengelola hati dan fikiran, juga memenej persoalan. Mungkin ini yang namanya shock culture. Kaget dengan keadaan yang diinginkan biasanya mudah ada, dan sekarang harus berjuang lebih untuk mendapatkannya. Kalau katanya Pak Wimar Witoelar gini.

"Hukum alam sama dengan hukum sosial. Easy come, easy go, what comes up must come down."

Namanya hidup, pasti ada up and down. Tapi segala sesuatunya pasti sudah sesuai dengan garis ketetapan-Nya. Setiap ada ujian, pasti ada jalan keluarnya. Dan pasti sudah sesuai kemampuan manusia. Laa yukallifullahu nafsan illaa wus'ahaa. Memang hati-lah yang seharusnya dikelola. Hati dan akal tepatnya.
Dunia baru setelah kuliah memang tantangan bagi manusia yang bergelar mahasiswa. Kalau katanya penguji utama sidang skripsi, Lab terbesar kita adalah masyarakat. Jadi, persiapkan segala sesuatunya dan gunakan sesuai dengan keilmuan yang dipunya.

Makin ke bawah makin serius nggak ada ketawanya. Muehehe.

Intinya begini. Sebelum lulus kuliah, sering-sering ikuti kegiatan di luar kampus. Karena satu-satunya yang melatih mental mahasiswa adalah berlatih berbicara dan menghadapi suasana di luar. Gunakan media yang tersedia. Jika tinggal di pesantren, manfaatkan sebaik mungkin. Ikuti segala kegiatan yang ada. Terutama majlis ta'lim untuk mahasiswa. Karena di situ kita bisa berdiskusi. Dan jika tinggal di kontrakan atau kos-kosan. Manfaatkan kesempatan keluar malam untuk ikut forum-forum diskusi. Main nggak apa-apa sesekali. Tapi jangan lupakan ngopi. Tujuannya, agar ketika lulus nggak bingung mau berbuat apa dan kemana. Biar nggak kayak aku. #alahh.

Terakhir. Menghadapi situasi yang kaget akan situasi baru, hal yang baik dilakukan adalah belajar dari masa lalu. Setiap lesalahan jadikan bahan introspeksi diri. Pun kelebihan, jadikan peringatan bahwa itu beban moral.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mitos di Thailand

Marhaban yaa Ramadhan

Satu Tahun Pernikahan