Semenjak Ada Najja

Sudah hampir setahun nggak nulis atau publish tulisan di blog. Rasanya sudah sawangen. Tapi hari ini tiba-tiba di fikiran saya terkesiap beberapa kalimat yang sudah siap dirangkai menjadi beberapa paragraf.


Seperti judulnya, semenjak ada Najja. Hari-hari dipenuhi dengan menemani bayi yang saat ini berusia 3 bulan 23 hari itu. Alhamdulillah tumbuh kembangnya membuat hati senang dan riang seluruh isi rumah. Oyya, kami belum memperkenalkan Najja di blog ini. Nanti kami kenalkan dia.


Akhir-akhir ini saya merasa sering kangen ke Bapak-nya Najja. Iyaa suami sayaa. Sebab memang kerjaan beliau sedang penuh, sehingga jarang pulang ke rumah (ibu saya). Mulai dari Diklat Daring yang kurang lebih semingguan. Disusul ada penyaluran beras 3 hari, dan dilanjut ujian sertifikasi. Saya hanya bisa memberi dukungan dan doa dari rumah. Tentunya nggak lupa setiap hari Video Call. Biar Najja juga bisa lihat Bapaknya setiap hari. Takutnya pas Bapak pulang nanti malah panggilnya jadi Om. Heuheu


Kangen yang saya rasakan ini bukan tanpa sebab tentunya. Dan nggak biasa. Kalau dulu kangennya gara-gara kebanyakan cemburu, soalnya emang Bapaknya Najja ini banyak kader, daaaann itu kakehan perempuan. Wkwk. Tapi ya lambat laun saya faham dan mulai bisa mengikuti ritmenya. Sekarang udah biasa aja. Nah, semenjak ada Najja. Tiap Video Call yang mampang di layar HP yaa Najja, saya hanya bagian nyekelne HP. Wallpaper di HP suami juga belio bareng Najja. Wkwk


Kemarin lusa saya iseng kirim video KH. D. Zawawi Imron yang juga sastrawan itu. Beliau sedang ada di pentas, sepertinya di hadapan para Mahasiswa. Membacakan sajak yang kurang lebih begini kalimatnya..


“Istriku, kalau mendung hitam sudah ada di atas kepala. Jangan larang hujan turun ke bumi. Kalau angin bertiup dengan kencangnya, jangan larang daun-daun kering berguguran. Kalau senyummu selalu mekar dalam hatiku, jangan larang aku tetap setia dan rindu padamu.”


Dengerinnya langsung maknyeeeess.


Saya kirim video itu bersama dengan kalimat “Ayah sudah ndak pernah bikin puisi buat Ummah sekarang”.


Wkwk




Benar memang dawuh KH Zawawi Imron di video itu, sastra memang seringkali menjadi obat. 


Ya nggak bisa dibohongi juga, saya memang suka jika diberi kata-kata manis bak puisi. Apalagi yang nulis dan kasih suami. Rasane melayang-layang. Dan tambah seneng lagi kalau dibarengi gambar struk transfer. Hahaha


Ulangtahun tahun lalu belio nggak ngasih hadiah apa-apa. Cuman selembar surat berisi Doa dan kalimat manis. Ditaruh dalam laptop kerja. Kebetulan memang tiap bakdha shubuh saya selalu buka laptop untuk kirim data survey, dulu pas masih kerja. Jadinya pas baru buka laptop ehh kok ada kertas jatuh. Pas dibaca lakok bikin mesam mesem dewe.


Setelah diingat-ingat, kangen juga dikasih kalimat manis begitu. Dan semenjak ada Najja, semuaaa beralih untuk Najja.


Iki uduk cemburu ke Najja lho.

Ternyata lucu dan tambah manis ketika obrolan kami saat ini bukan sekedar untuk pribadi. Tapi topiknya lebih serius dan menggemaskan. Iya, Najja yang saat ini sedang terus kami dampingi tumbuh kembangnya.


Hari ini si Bapak mau pulang. Sungguh girang hati dan langsung kirim pesan


“Nitip Lontang-lantung ya. Hehe. Hatihati”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mitos di Thailand

Marhaban yaa Ramadhan

Satu Tahun Pernikahan